MEMBANGUN ZONA INTEGRITAS SMP NEGERI 1 NGAWI
Oleh: SUDARYONO, S. Pd., M. Pd.
Kepala SMP Negeri 1 Ngawi
Reformasi Birokrasi menempatkan birokrasi yang bersih, akuntabel, dan berkinerja
tinggi; birokrasi yang efektif dan efisien; dan birokrasi yang mempunyai pelayanan publik
yang berkualitas sebagai sasarannya. Birokrasi sebagai pelaksana tugas pemerintah terus
melakukan perubahan dalam mencapai sasaran reformasi birokrasi tersebut. Perubahan
tersebut dilakukan dengan cara meningkatkan kualitas pelayanan publik serta memudahkan
dan mendekatkan pelayanan kepada masyarakat. Agar masyarakat merasakan hasil
percepatan reformasi birokrasi, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi (Kementerian PANRB) menggulirkan Program Pembangunan Zona Integritas
Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih Melayani di lingkungan
instansi pemerintah.
SMP Negeri 1 Ngawi sebagai suatu unit kerja Pemerintah Kabupaten Ngawi, pada
Tahun 2020 ini ditetapkan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Ngawi untuk melakukan
Pembangunan Zona Integritas. Zona Integritas (ZI) merupakan predikat yang diberikan
kepada instansi pemerintah yang pimpinan dan jajarannya mempunyai komitmen untuk
mewujudkan Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih Melayani
(WBBM). Melalui pembangunan ZI, SMP Negeri 1 Ngawi harus melakukan reformasi
birokrasi, khususnya dalam hal pencegahan korupsi dan peningkatan kualitas pelayanan
publik.
Untuk menuju WBK, SMP Negeri 1 Ngawi harus memenuhi sebagian besar
manajemen perubahan, penataan tatalaksana, penataan sistem manajemen SDM, penguatan
pengawasan, dan penguatan akuntabilitas kinerja. Sedangkan untuk menuju WBBM SMP
Negeri 1 Ngawi harus memenuhi sebagian besar manajemen perubahan, penataan tatalaksana, penataan sistem manajemen SDM, penguatan pengawasan, penguatan
akuntabilitas kinerja, dan penguatan kualitas pelayanan publik.
Dalam menajemen perubahan, SMP Negeri 1 Ngawi sebagai wilayah pembangunan
ZI harus melakukan peningkatan komitmen seluruh jajaran pimpinan dan pegawai unit kerja
dalam membangun ZI. Selain itu juga harus mendorong terjadinya perubahan pola pikir dan
budaya kerja. Untuk mengatisipasi dampak dari perubahan, SMP Negeri 1 Ngawi sebagai
wilayah pembangunan ZI harus menurunkan resiko kegagalan yang disebabkan kemungkinan
timbulnya resistensi terhadap perubahan.
Dalam penataan tatalaksana, SMP Negeri 1 Ngawi sebagai wilayah pembangunan ZI
harus mampu meningkatkan penggunaan teknologi informasi dalam proses penyelenggaraan
manajemen pendidikan. Dengan penggunaan teknologi informasi tersebut diharapkan dapat
meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses manajemen pendidikan serta meningkatkan
kinerja organisasi.
Untuk membangun ZI, SMP Negeri 1 Ngawi juga harus melakukan Penataan Sistem
Menejemen Sumber Daya Manusia (SDM). Penataan Sistem Menejemen (SDM) diarahkan
untuk meningkatkan ketaatan terhadap pengelolaan SDM, meningkatkan transparansi dan
akuntabilitas pengelolaan SDM, dan meningkatkan disiplin SDM. Dengan arah penataan
seperti itu diharapkan Penataan Sistem Menajemen (SDM) dapat meningkatkan efektivitas
dan profesionalisme SDM.
Dalam pembangunan ZI, SMP Negeri 1 Ngawi juga harus melakukan penguatan
akuntabilitas dan pengawasan. Penguatan akuntabilitas dilakukan untuk meningkatkan
kinerja instansi dan akuntabilitas SMP Negeri 1 sendiri. Sedangkan penguatan pengawasan
diarahkan untuk meningkatkan kepatuhan terhadap pengelolaan keuangan negara,
meningkatkan efektivitas pengelolaan keuangan negara, serta menurunkan tingkat
penyalahgunaan wewenang. Tujuan akhir dari pembangunan ZI adalah adanya peningkatan kualitas pelayanan
publik. Untuk mencapai tujuan tersebut dalam pembangunan ZI SMP Negeri 1 Ngawi
melakukan standarisasi pelayanan, penilaian, dan evaluasi kepuasan pelayanan, serta
membangun budaya pelayanan prima.
Pelayanan di SMP Negeri 1 Ngawi meliputi, Layanan Pembelajaran dan Penilaian,
Layanan Bimbingan dan Konseling, Layanan Perpustakaan, Layanan Laboratorium, serta
Layanan Informasi dan Administrasi. Layanan pembelajaran dan penilaian merupakan
layanan yang diberikan kepada siswa untuk mendapatkan pembelajaran dan penilaian.
Layanan pembelajaran dan penilaian diberikan secara tatap muka langsung maupun dalam
jaringan (daring). Layanan pembelajaran dan penilaian secara daring diberikan pada saat
terjadi pandemi seperti saat ini. Layanan pembelajaran dan penilaian secara daring melalui
Learning Management System (LMS) Google Classroom.
Layanan Bimbingan dan Konseling diberikan kepada siswa yang memiliki problem
sosial dan pembelajaran. Layanan ini berupa bimbingan dan konsultasi kepada siswa untuk
menemukan solusi atas permasalahan sosial dan pembelajaran yang dialaminya. Layanan
Bimbingan dan Konseling dapat dilakukan dengan cara tatap muka maupun daring. Layanan
Bimbingan dan Konseling secara daring dapat dilakukan melalui telepon maupun Whatshap
(WA).
Layanan Perpustakaan merupakan layanan kepada siswa untuk mendapatkan
pinjaman buku maupun ruang baca yang nyaman. Dengan layanan perpustakaan, siswa dapat
meminjam buku paket, buku penunjang pembelajaran, maupun buku bacaan lainnya. Dengan
layanan perpustakaan, siswa dapat memanfaatkan ruang baca yang nyaman.
Layanan Laboratorium merupakan layanan kepada siswa untuk memanfaatkan sarana
laboratorium untuk kegiatan pembelajaran praktikum. Layanan laboratorium meliputi
laboratorium biologi, fisika, maupun komputer.Layanan Informasi dan Administrasi merupakan layanan kepada siswa, alumni, dan
orang tua untuk mendapatkan informasi maupun administrasi. Layanan informasi berupa
layanan permintaan informasi-informasi sekolah. Sedangkan layanan administrasi berupa
layanan untuk memenuhi permintaan surat menyurat (Surat Keterangan) maupun legalisir.
Dalam memberikan pelayanan, SMP Negeri 1 Ngawi melakukan inovasi. Terdapat 4
inovasi pelayanan di SMP Negeri 1 Ngawi yaitu Jaring Cinta Si Deo, Jaring Mesra Hanse,
Lulus Naik Online, dan Tilik Siswa. Jaring Cinta Si Deo merupakan akronim dari belajar
daring melalui cerita singkat dan video. Inovasi ini ditujukan untuk memperkuat layanan
pembelajaran di masa pandemi Covid-19. Inovasi ini mewajibkan guru untuk selalu
menyisipkan cerita-cerita singkat yang inspiratif dalam pembelajaran daring. Dengan sisipan
cerita inspiratif dalam pembelajaran daring diharapkan menumbuhkan motivasi belajar siswa.
Dengan sisipan cerita insipiratif dalam pembelajaran daring diharapkan menambah daya tarik
pembelajaran daring yang lemah dalam menjalin interaksi guru dan siswa.
Inovasi Jaring Mesra Hanse, juga merupakan inovasi yang ditujukan untuk
memperkuat layanan pembelajaran dan penilaian di SMP Negeri 1 Ngawi. Jaring Mesra
Hanse merupakan akronim dari belajar daring memakai seragam harian sekolah. Walaupun
anak-anak belajar di rumah melalu daring, namun dalam inovasi ini anak diwajibkan
memakai seragam harian sekolah. Dengan memakai seragam sekolah, harapannya secara fisik
anak-anak bersiap diri. Sebelum mengikuti pembelajaran daring anak-anak mandi dulu,
kemudian memakai seragam. Dengan memakai seragam sekolah, secara psikis anak-anak
seperti hadir dalam suasana belajar di ruang kelas.
Inovasi Lulus Naik Online merupakan inovasi untuk menopang layanan penilaian di
masa pandemi Covid-19. Adanya pandemi Covid-19 penilaian pembelajaran tidak dapat
dilakukan secara tatap muka. Sebagai solusi maka ujian kelulusan maupun kenaikan kelas
dilakukan secara online. Demikian juga pengumumun kelulusan dan kenaikan kelas, untuk menghindari penyebaran virus Covid-19 dilakukan secara online. Siswa diberikan diberi link
tautan untuk dapat mengakses pengumuman kelulusan dan kenaikan kelas. Selanjutnya siswa
dapat mengunduh surat keterangan lulus maupu nilai rapot kenaikan kelas.
Pembelajaran daring pada masa pandemi Covid-19 juga memunculkan permasalahan
permasalahan pembelajaran. Keaktifan siswa dalam pembelajaran sangat fluktuatif.
Penyebabnya bisa bermacam-macam, sinyal internet, ketidakmampuan secara teknis,
ketidakmampuan secara ekonomis, daya dukung orang tua, dan faktor lainnya. Kondisi ini
mendorong adanya inovasi Tilik Siswa. Inovasi ini berupa kegiatan guru BK, wali kelas, atau
kepala sekolah untuk mengunjungi siswa yang menurut laporan kurang/tidak aktif dalam
pembelajaran. Dengan inovasi Tilik Siswa, harapannya problem belajar dapat diminimalisir.
Untuk memperkuat integritas pelayanan-pelayanan di atas, SMP Negeri 1 Ngawi
menetapkan karakter layanan yang disingkat 5T. Karakter layanan 5 T tersebut adalah tidak
diskriminatif, tanpa biaya, gratifikasi dan suap, tanpa calo, taat SOP, dan teknologis.
Pelayanan di SMP Negeri 1 Ngawi tidak dikriminatif, tidak membeda-bedakan pelanggan
baik berdasarkan suku, agama, ras, gender dan perbedaan-perbedaan lainnya. Semua
pelanggan akan dilayani dengan baik. Pelayanan di SMP Negeri 1 tidak memungut biaya,
apalagi gratifikasi maupun suap. SMP Negeri 1 Ngawi juga memastikan bahwa untuk
mendapatkan pelayanan tidak menggunakan jasa calo/perantara dengan imbalan tertentu.
Pelayanan di SMP Negeri 1 Ngawi dilaksanakan sesuai dengan Standar Operasional
Pelayanan (SOP) yang telah ditetapkan. Taat pada SOP ditujukan agar pelayanan
terstandarkan dan terukur. Dengan taat SOP memberikan jaminan kepada pelanggan bahwa
semua pelanggan akan mendapatkan layanan yang sama. Karakter terakhir layanan di SMP
Negeri 1 Ngawi, bersifat teknologis. Artinya pelayanan di SMP Negeri 1 Ngawi diupayakan
memanfaatkan teknologi yang ada, khususnya pelayanan-pelayanan yang bisa menggunakan
teknologi. Dengan memanfaatkan teknologi, pelayanan akan cepat dan praktis. Dengan memanfaatkan teknologi diharapkan memberikan jaminan bahwa pelayanan tidak
diskriminatif. Dengan memanfaatkan teknologi, pelayanan yang ditetapkan tanpa biaya,
gratifikasi, dan suap tidak diselewengkan. Dengan memanfaatkan teknologi, pelayanan
dilakukan sesuai dengan SOP, karena jika tidak sesuai dengan SOP teknologi tidak akan
dapat dijalankan.
Untuk dapat memberikan layanan-layanan seperti di atas, SMP Negeri 1 Ngawi
membangun budaya kerja yang produktif, melayani, dan menguatkan integritas. Budaya kerja
SMP Negeri 1 Ngawi dirumuskan sebagai Budaya Kerja 321. Budaya kerja 321 merupakan
budaya kerja dengan 3 disiplin, 2 pantangan, 1 komitmen. Tiga disiplin itu meliputi disiplin
waktu, disiplin kerja, dan disiplin aturan. Sedangkan 2 pantangan meliputi pantang tolak
tugas dan pantang tugas tidak selesai. Dan 1 komitmen yang harus kita junjung bersama yaitu
komitmen guyub rukun. Guyup menunjukkan kebersamaan, kerja sama, dan gotong royong.
Rukun mengandung maksud saling menghormati, saling mendukung, dan saling suport.
Dengan konsep budaya kerja yang seperti ini harapannya SMP Negeri 1 bisa memberikan
pelayanan yang terbaik bagi pelanggannya. Sehingga Zona Integritas bisa terwujud.
“JARING CINTA SI DEO”;
Inovasi Pembelajaran SMP Negeri 1 Ngawi di Masa Pandemi Covid 19
Oleh Sutiyo, M.Pd.
(Waka Kurikulum SMPN 1 Ngawi)
Apa kabar Belajar dari Rumah (BDR)? Apakah masih bisa berjalan dengan
baik? Berapa persen peserta didik yang masih aktif mengikuti BDR? Jawaban atas
pertanyaan tersebut tentu berbeda-beda, sesuai dengan karakter geografis letak
sekolah, karakter peserta didik dengan letak geografis rumahnya, karakter guru,
dan karakter orang tua/wali muridnya. Sekolah yang berada ditengah kota tentu
BDR-nya lebih baik daripada sekolah yang berada di desa atau bahkan pinggiran
pegunungan. Mengapa? Karena sekolah yang berada di tengah kota sinyal
internetnya lebih bagus, sehingga peserta didik dapat mengikuti BDR secara
daring dengan lancar. Namun belum tentu demikian. Walaupun internet lancar,
tapi ortu di rumah tidak peduli dengan BDR, anak-anak belum tentu mengikuti
BDR secara daring. Godaan internet luar biasa. Pada saat anak memegang HP,
game online lebih menggoda daripada pembelajaran dari guru. Maka kepedulian
ortu berpengaruh besar dalam aktivitas peserta didik dalam mengikuti BDR secara
daring.
BDR memang telah memperburuk kualitas pembelajaran. Tidak itu saja,
BDR juga berdampak adanya disparitas mutu pembelajaran yang semakin lebar.
Kesenjangan mutu pembelajaran antarsekolah semakin menganga, karena
semakin kompleksnya faktor yang mempengaruhi pembelajaran dengan model
pembelajaran BDR.
BDR yang telah berlangsung sejak pertengahan Maret 2020 tampaknya juga
sudah mengalami antiklimaks. Anak-anak mulai mengalami kebosanan dalam
belajar di rumah. Orang tua juga sudah mulai kendor mendamping anak-anaknya
mengikuti BDR, karena harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga,
dan juga karena jenuh. Kondisi inilah yang mengakibatkan partisipasi anak-anak
dalam BDR semakin rendah. Anak-anak yang mengikuti pembelajaran daring
semakin berkurang, rata-rata berkisar 50%. Anak-anak yang mengumpulkan tugas
pembelajaran daring juga merosot tajam, terutama di kelas-kelas atas.
Kondisi BDR yang seperti itu seyogyanya memicu semangat para pendidik
dan sekolah sebagai satuan unit kerja untuk berinovasi dalam pembelajaran.
Bukan sebaliknya, pendidik ikut menikmati lesunya anak-anak mengikuti BDR dengan malas juga dalam memberi pembelajaran. Pada saat kondisi BDR yang
demikian, guru bersama sekolah harus mampu menjadi motivator sekaligus
manajer pembelajaran. Sebagai motivator guru harus mampu membangkitkan
semangat belajar kepada anak didiknya. Dan sebagai manajer pembelajaran, guru
harus berinovasi dalam mengelolaan BDR agar menjadi menarik bagi peserta
didik. Pembelajaran melalui BDR harus dikemas untuk memenuhi ‘selera’ belajar
anak didik tanpa harus mengesampingkan kaidah-kaidah pembelajaran.
Dalam tulisan ini penulis menyajikan inovasi pembelajaran di SMP Negeri
1 Ngawi yang berjudul ‘Jaring Cinta Si Deo’. Judul tersebut merupakan akronim
dari Belajar Daring melalui Cerita Singkat dan Video. Judul ini penulis pilih
untuk ‘mengambil hati’ anak-anak SMP yang sedang menginjak usia remaja. Bagi
anak remaja kata cinta menjadi magnit yang memiliki daya tarik yang luar biasa.
Kata cinta membuat hati remaja berbunga-bunga. Untuk itu, penggunaan kata
cinta dalam inovasi ini, diharapkan dapat memicu adrenalin keingintahuan
peserta didik.
Inovasi pembelajaran ‘Jaring Cinta Si Deo’ merupakan inovasi
pembelajaran dalam jaringan yang dikelola melaui google classroom. Inovasi ini
dilakukan sesuai kondisi saat ini, pembelajaran tatap muka masih dibatasi oleh
pemerintah sebagai akibat pandemi Covid-19. Pembelajaran jarak jauh dalam
jaringan merupakan salah satu solusi agar anak didik kita tetap mendapatkan
layanan pembelajaran ditengah situasi pandemi Covid-19.
Dihadirkannya cerita singkat dalam inovasi ini diharapkan menambah daya
tarik pembelajaran jarak jauh. Harus diakui belajar jarak jauh memiliki
kelemahan, yaitu lemahnya interaksi guru peserta didik. Kelamahan interaksi guru
dan peserta didik inilah yang membuat pembelajaran jarak jauh kurang bermakna
dan mudah menumbuhkan kejenuhan. Cerita singkat dalam inovasi pembelajaran
ini dihadirkan sebagai bentuk apresepsi pembelajaran. Cerita singkat yang
disajikan berupa cerita singkat yang inspiratif yang memberikan wawasan
wasawasan pengetahuai, nilai-nilai kebaikan, dan mampu menggugah semangat
belajar anak didik. Dengan cerita singkat yang inspiratif guru dapat menanamkan
sikap-sikap yang baik, nilai-nilai agama yang sesuai dengan materi pembelajaran.
Dengan cerita singkat guru dapat mengasah perkembangan sosial dan emosional
peserta didik. Dengan cerita singkat guru dapat membangkitkan empati dan
simpati peserta didik.Dua peneliti dari Universitas Washington di St. Louis memindai otak orang
yang gemar membaca cerita. Peneliti tersebut menemukan bahwa otak mereka
yang gemar membaca cerita bereaksi seakan cerita-cerita yang dibacanya adalah
pengalaman nyata. Ini yang membuat bila seseorang bercerita tentang pengalaman
sedihnya, para pembaca akan dapat memiliki kepekaan terhadapnya
(https://edukasi.kompas.com/read/2018/06/17/21492131/6).
Cerita juga dapat digunakan untuk membangun kontak batin antara pendidik
dan peserta didik. Jika ada kontak batin dalam pembelajaran, maka guru akan
memperoleh dampak positif mendapat perhatian dari peserta didik, guru
dipercayai dan diteladani peserta didiknya.
Dalam presektif Multiple Intelligences, pembelajaran yang menggunakan
media video dapat menjangkau dua gaya belajar peserta didik, yaitu peserta didik
yang memiliki kecerdasan musikal dan kecerdasan kinestetik. Peserta didik yang
memiliki kecerdasan musikal akan mudah belajar dengan mendengarkan ceramah,
suara musik, dan sejenisnya. Sedangkan peserta didik yang memiliki kecerdasan
kinestik, akan mudah belajar melalui melalui gambar, atau bentuk-bentuk dengan
memakai model, grafis, diagram, foto, gambar tangan, model 3 dimensi, video,
TV, multimedia, buku teks bergambar.
Pembelajaran yang menggunakan media video juga meningkatkan
prosentase materi yang diingat oleh peserta didik. Berdasarkan Kerucut
Pengalaman (Cone of Experience) Edgar Dale, peserta didik akan mampu
mengingat materi pembelajaran sampai dengan 20% jika pembelajaran hanya
disampaikan secara verbal (membaca dan mendengarkan), 30% jika
pembelajaran menggunakan media visual (melihat gambar,video, dan
demontrasi), 50% jika peserta didik terlibat dalam diskusi pembelajaran, 70%
jika peserta didik berperan dalam presentasi dalam pembelajaran, dan 90% jika
peserta didik ikut melakukan proses pekerjaan dalam pembelajaran (bermain
peran, melakukan simulasi, melakukan pekerjaan yang nyata).
Inovasi “Jaring Cinta Si Deo” diharapkan mampu menggugah ketertarikan
belajar peserta didik dalam belajar. Inovasi ini diharapkan menggiatkan kembali
gairah pembelajaran di tengah pandemi Covid-19. Inovasi “Jaring Cinta Si Deo”
diharapkan juga membantu mempermudah peserta didik dalam belajar. Sehingga
kekawatiran lose generation tidak terwujud.